Ulama, Pahlawan, dan Indonesiaku
Ketapang, nuketapang.com
Generasi penerus bangsa merupakan wajah espektasi tinggi bagi para pendahulu. Sudah selayaknya sebagai penerus bangsa menyambut perjuangan pendahulunya, sebagaimana dalam sebuah ungkapan “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati pahlawannya”. Dalam langkah dan perjalanan bangsa ini, tidak lepas dari peran pendahulu dengan berbagai latar belakang. Sebut saja para ulama yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, tidak sekedar seorang ulama yang menjadi takaran pertimbangan spiritual, namun lebih kepada landasan yang berfungsi untuk menjadi tolak ukur perjuangan serta acuan tokoh bangsa saat itu.
Ulama’ adalah satu kata yang sempit dalam istilah bahasa, namun sangat luas dalam persepsi pemikiran jika mengaca kepada realita. Dengan kapasitasnya, ulama menjadi acuan penting untuk penentu arah langkah. Dan dengan deskripsi luasnya, ulama adalah merupakan tokoh pertimbangan bagi para pemerdeka bangsa, tidak terkecuali oleh pahlawan yang menjadi pelaksana persiapan jelang kemerdekaan, yang hari ini kita kenal dengan istilah Pahlawan Nasional. Maka sebenarnya, dengan mengkaji langkah dan kapasitas, tidak berlebihan bahwa ulama lebih dari sekedar penyematan Pahlawan.
Dikutip dari Wikipedia Bahasa Indonesia, Pahlawan Nasional adalah gelar penghargaan tingkat tertinggi di Indonesia. Gelar anumerta ini diberikan oleh Pemerintahan Indonesia atas tindakan yang dianggap heroik didefinisikan sebagai “perbuatan nyata yang dapat dikenang dan diteladani sepanjang masa bagi warga masyarakat lainnya atau “berjasa sangat luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara”. Melalui kutipan ini, tidak sekedar fungsi deskripsi yang dicocokan dengan peran ulama saat itu, tapi juga menguatkan terhadap pemahaman penerus bangsa atas keterlibatan ulama dalam perjuangannya.
Oktober lalu, setidaknya ada tiga peristiwa penting yang terjadi di Beranda Negara Indonesia.
Masa jabatan Presiden Joko Widodo berakhir pada 20 Oktober setelah memimpin negara dua periode. Sejak pertama kali dilantik pada 20 Oktober 2014 dan menjabat hingga 2019. Kemudian ia kembali terpilih menjadi Presiden dan melanjutkan kepemimpinannya di periode kedua sejak 2019 hingga 2024. Dan di fase kepemimpinan beliau Fatwa resolusi jihad mendapat ruang untuk menjadi refleksi tahunan di negara ini dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015. Tepat pada 20 Oktober pula, Presiden Prabowo resmi dilantik sebagai Pimpinan Negara di periode ini. Dan selang dua hari setelahnya pada 22 oktober peringatan hari santri digelar, sebagai refleksi fatwa resolusi Jihad. Momen ini seakan menjadi bukti bahwa dengan secara tidak sengaja, negara dan ulama adalah elemen besar sebuah kebanggan bagi rakyat. Tidak hanya itu, pekikan Bung Tomo dengan kalimat Allahu Akbar adalah kelantangan yang tercatat sejarah sebagai nilai perjuangan.
Peran penting ulama dahulu memiliki berbagai arah sesuai misi perjuangan. Salah satu peranan penting ulama adalah dalam bidang pendidikan. Mereka mendirikan pesantren dan madrasah untuk menyebarkan ilmu agama kepada masyarakat. Pendidikan yang diberikan oleh ulama membantu membangkitkan kesadaran nasional dan semangat perjuangan. Melalui pendidikan agama, ulama-ulama ini mempersiapkan generasi muda untuk menjadi pemimpin masa depan yang berakhlak mulia dan mencintai tanah air.
Pesantren dan madrasah juga menjadi tempat berkumpulnya para pejuang kemerdekaan. Di dalamnya, para ulama tidak hanya mengajar agama, tetapi juga memberikan pemahaman tentang pentingnya persatuan, keadilan, dan kebebasan.
Ulama juga memberikan kontribusi melalui fatwa-fatwa mereka. Fatwa-fatwa ini tidak hanya membahas masalah agama, tetapi juga memberikan panduan dalam perjuangan melawan penjajah. Fatwa-fatwa tersebut memberikan pembenaran agama bagi perlawanan rakyat. Ulama-ulama ini menggunakan ilmu agama sebagai landasan dalam memperjuangkan hak kemerdekaan dan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia.
Di era modern ini, ulama-ulama Indonesia juga menggunakan media sosial dan teknologi informasi untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan sosial. Dengan menggunakan platform-platform ini, mereka dapat mencapai lebih banyak orang dan menginspirasi mereka untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat yang lebih baik.
Banyak nama-nama besar dalam penganugerahan oleh Presiden Republik Indonesia berdasarkan SK Presiden RI kepada para ulama yang berfungsi sebagai bukti otentik untuk mengabadikan nama tersebut. Sebut saja beberapa pahlawan nasional yang pernah aktif di berbagai tingkatan Organisasi Nahdlatul Ulama, sehingga menurut sejarawan KH Abdul Mun’im DZ menunjukkan bahwa Ulama NU bukan sekedar pemain figuran dalam pembentukan negara ini, melainkan pemeran utama. Seperti dikutip dalam buku Ikhtisar Sejarah Nahdlatul Ulama. ada beberapa tokoh NU yang berperan sebagai penggagas berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang tidak bisa diuraikan di tulisan ini, untuk hemat kami.
Dalam perjalanan sejarah Indonesia, ulama-ulama telah memainkan peran yang signifikan dalam perjuangan agama dan kemerdekaan. Melalui pendidikan, fatwa, dan kepemimpinan moral, mereka telah membantu membentuk identitas bangsa dan memperjuangkan keadilan sosial. Kita harus menghormati dan menghargai jasa-jasa ulama tersebut serta terus belajar dari perjuangan mereka. Sebagai santri yang punya kebanggan tinggi kepada kyai, serta dengan pengakuan Negara atas perjuangan gurunya, sudah seharusnya kita harus berperan aktif dalam perjuangan ulama di era saat ini. Tempati posisi selayaknya menjadi seorang penerus, lakukan langkah-langkah dengan jalan arahan ulama, dengan misi besar melanjutkan perjuangan ulama.
Penulis : Muchtaruddin Yasin