Sejarah NU Ketapang
Perjalanan sejarah kepengurusan Nahdlatul Ulama (NU) di Ketapang sejak awal berdiri hingga sekarang masih menyimpan banyak misteri. Hingga saat ini, tidak ada catatan resmi yang jelas mengenai waktu dan tokoh-tokoh yang terlibat dalam pendirian NU di Ketapang, karena belum ditemukan dokumen atau saksi sejarah yang dapat memberikan keterangan yang akurat.
Kepengurusan NU di Ketapang mulai teridentifikasi pada masa kepemimpinan H. Syarkawi. Namun, struktur kepengurusan di PCNU Ketapang tidak terdokumentasi dengan baik, sehingga tidak ada arsip yang menunjukkan siapa saja yang tergabung dalam kepengurusan pada waktu itu. Hal yang sama juga berlaku untuk periode berikutnya, termasuk saat Kyai Moh. Faisol Maksum terpilih sebagai Ketua Tanfidziah pada Konfercab ke-8. Sejak itu, tidak ada arsip yang dapat diakses. Jika kita melihat dari sejarah Konferensi Cabang (Konfercab), NU Ketapang diperkirakan berdiri sekitar 60 tahun yang lalu, yaitu pada tahun 1960, 15 tahun setelah Indonesia merdeka. Pada tahun 1958, Ketapang juga memiliki Bupati dari NU, Hercan Yamani, yang menjadi satu-satunya Bupati dari Partai NU di tujuh Kabupaten Kalimantan Barat. Ini menunjukkan bahwa basis NU sudah ada di Ketapang pada tahun 1958, meskipun masih ada keraguan tentang apakah organisasi PCNU telah terbentuk saat itu.
Dalam hal amaliyah, NU diperkirakan telah hadir di Ketapang sebelum kemerdekaan Indonesia. Ulama-ulama yang menyebarkan Islam di daerah ini, banyak yang belajar agama di Jawa dan dipastikan menganut paham Ahlussunah wal Jama’ah. Amaliyah yang dipraktikkan oleh masyarakat lokal sampai sekarang menunjukkan bahwa tradisi tersebut telah terjaga, meskipun ada anggapan dari sebagian kalangan bahwa amaliyah tersebut bid’ah.
Penetapan tahun 1960 sebagai tahun berdirinya NU Ketapang hanyalah berdasarkan asumsi, yang dapat benar atau salah tergantung pada interval pelaksanaan Konfercab, apakah kurang dari atau lebih dari lima tahun. Ini berarti NU Ketapang bisa saja lahir sebelum atau sesudah tahun 1960.
Dari catatan yang ada, pada tahun 1963 NU sudah berpartisipasi dalam politik praktis di Ketapang, seperti yang dicatat dalam buku “Regime Change and Ethnic Politics in Indonesia” oleh Taufik Tanasaldy. Pada pemilu tahun 1963, NU Ketapang memiliki dua wakil di legislatif, meskipun nama-nama anggota dewan yang terpilih tidak dicantumkan. [red]