Khutbah Jum’at: Mempersiapkan Generasi Tangguh
6 mins read

Khutbah Jum’at: Mempersiapkan Generasi Tangguh


 اَلْحَمْدُ لِلَّهِ ~ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ علَى كُلِّ حَالٍ ~ اَلْمَوْصُوْفُ بِصِفَاتِ الْجَلاَلِ والْكَمَالِ ~ اَلْمَعْرُوْفُ بِمَزِيْدِالاءِنْعَامِ والاِفْضَالِ ~ اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَهُوَ الْمَحْمُودُ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَفِي كُلِّ حَلٍ~اَشْهَدُ اَنْ لآءِلَهَ اِّلاَاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ذُوالْعَظَمَةِ وَالْجَلاَلِ ~ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسُوْلُهُ وَخَلِيْلُهُ صَادِقُ الْمَقَالِ ~ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ خَيْرِ صَحَبٍ وَاَلِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا ~

اَمَّا بَعْدُ فَيَااَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُواالّلَه حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ *

Kaum muslimin sidang Jum’ah rahimakumullah,

Pertama dan yang utama marilah kita panjatkan puja sepadat jiwa serta puji sepenuh hati kehadhirat Allah Swt Rabbul Izzati, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahNya sehingga Alhamdulillah sebentar lagi kita bersama akan menunaikan salah satu kewajiban kita, yakni melaksanakan shalat Jum’ah berjamaah.

Shalawat seiring  salam semoga terlimpahruah kepada nabi akhir zaman, Baginda Nabi Besar Muhammad Rasulullah Saw yang senantiasa kita rindu-rindukan syafa’atnya hingga hari kemudian.

Marilah kita bersama meningkatkan kadar takwa kita kepada Allah Swt. Takwa dalam  arti menjalankan segala perintah-perintahNya serta berusaha dan berusaha terus untuk menjauhi segala larangan-laranganNya.

Kaum muslimin sidang Jum’ah rahimakumullah,

Allah SWT berfirman  :

أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَآءَ إِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِيۖ قَالُواْ نَعۡبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ إِلَٰهٗا وَٰحِدٗا وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ ١٣٣

“Adakah kamu hadir ketika Ya´qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”  (QS. Al-Baqarah : 133)

Siapakah yang dimaksud Ya’qub pada ayat tersebut ? Dia adalah Nabi Ya’qub as ; putra Ishaq bin Ibrahim as. Dia mendapatkan gelar “Israil”, karena sering melakukan perjalanan malam hari. Oleh karenanya keturunan Beliau disebut dengan Bani Israil. Nabi Muhammad SAW sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari menyebut Nabi Ya’qub dengan “Al-Karim bin Al-Karim bin Al-Karim”, yang artinya : Yang mulia putranya yang mulia putranya yang mulia. Karena baik Ya’qub sendiri maupun ayahnya (Ishaq) dan datuknya (Ibrahim) semuanya nabi/rasul Allah. Bahkan dari salah seorang putranya, yaitu Yusuf diangkat pula sebagai nabi dan selanjutnya banyak menurunkan nabi-nabi. Nabi Ya’qub as memiliki 12 orang putra, dari 4 orang isteri (Lea, Rahel, Bilha dan Zilpa). Putra ke 11 bernama Yusuf as sedang yang ke-12 bernama Bunyamin (dari isterinya yang bernama Rahel).

Dari ayat di atas Allah menceritakan, tatkala Nabi Ya’qub as “menyadari” bahwa dirinya sudah mendapati tanda-tanda kematian, beliau mengumpulkan putra-putranya kemudian bertanya, “Anak-anakku, seandainya Ayah meninggal nanti …apa yang akan kalian sembah”

Sebuah pertanyaan sederhana dan ringan. Namun sejatinya memiliki makna yang sangat mendalam. Sebelum kita sampai ke sana, terlebih dahulu mari kita telisik apa tanda-tanda kematian itu.

Jamaah rahimakumullah,

tanda-tanda kematian secara umum itu adalah :

Pertama, adalah usia : Rasulullah SAW bersabda :

اَعْمَارُاُمَّتِىْ مَابَيْنَ السِّتّيْنَ اِلَى السَّبْعِيْنَ وَاَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوْزُ ذَلِكَ

Yang artinya : “Usia umatku umumnya berkisar 60 sampai 70 tahun. Jarang sekali diantara mereka melewati angka itu” ( HR. At-Tirmidzi)

Kedua, timbulnya berbagai macam penyakit dalam dirinya. Ketiga, mulai berkurangnya fungsi-fungsi tubuh misalnya pendengaran sudah mulai berkurang, penglihatan berkurang dan sebagainya. Kemudian yang ketiga, mulai melemahnya fungsi akal ; melemahnya daya ingat, mulai sering lupa dan lain sebagainya. Jam’ah rahimakumulah, itulah ciri-ciri atau tanda-tanda bahwa kematian sudah dekat.

Kita kembali ke surah Al-Baqarah ayat 133 di atas, sejatinya “kekhawatiran” Ya’qub itu adalah kekhawatiran para orangtua terhadap masa depan tauhid anak-anak cucunya. Apakah generasi yang kelak akan ia tinggalkan generasi siap melanjutkan misi kebaikan para orangtuanya ataukah justeru sebaliknya. Sehingga Nabi Ya’qub as bertanya dengan nada berat :

مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِيۖ

“Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”

Kehawatiran mana sebagaimana tergambar pada ayat lain, khususnya di surah An-Nisa ayat 9 :

Allah SWT berfirman :

وَلۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةٗ ضِعَٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدًا ٩

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar “ (QS. An-Nisa : 9).

Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitabnya Lubabun Nuqul fi Asbabun Nuzul menjelaskan bahwa sababun nuzul dari ayat tersebut adalah terkait dengan pertanyaan Sa’ad Ibnu Abi Waqash, “Ya Rasulullah, aku memiliki harta yang banyak sedangkan pewarisku hanya anak perempuan. Bolehkah aku menyedekahkan 2/3 nya saja ? Rasul menjawab : Tidak boleh. Bagaimana kalua 1/3nya saja ya Rasul. Beliau menjawab : Tidak boleh…”

Dapat ditarik kesimpulan, pesan Nabi terhadap Sa’ad bahwasanya meninggalkan ahli waris berkecukupan lebih baik dari pada meninggalkan mereka dalam keadaan kekurangan. Secara eksplisit ayat ini memberikan peringatan kepada kita untuk tidak meninggalkan ahli waris atau keturunan kita dalam keadaan lemah (Dzurriyatan dhi’afan).

Lemah apa yang harus kita khawatirkan ? Menurut Prof. Habibie (Presiden RI ke-3) ada lima kelemahan yang harus kita waspadai pada generasi saat ini yaitu :

1.  Lemah fisik (harus diikhtiari dengan pemberian asupan gizi dan nutrisi dari mulai dalam kandungan sampai usia balita, dan selalu menjaga makanan yang halalan thaiyyiban).

2.  Lemah harta (harus diikhtiari dengan tetap memprioritaskan kecukupan harta untuk anak-anak yang kita tinggalkan)

3.  Lemah ilmu (harus diikhtiari dengan memberikan bekal pendidikan (ilmu) yang cukup kepada putra-putri kita)

4.  Lemah akhlak (harus diikhtiari dengan membentengi putra-putri kita dengan pembiasaan budi pekerti yang mulia atau pendidikan akhlak)

5.  Lemah iman (harus diikhtiari dengan pendidikan tauhid sedini mungkin, tauhid tetap yang utama dan pertama).

Kaum muslimin sidang jum’ah rahimakumullah,

Pendidikan utama untuk generasi muda itu, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an :

وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣ وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٖ وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ ١٤

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu “ ( QS Luqman : 13-14)

Dari ayat  di atas dinyatakan bahwa pendidikan yang utama dan pertama harus di tanamkan kepada generasi kita adalah tauhid, yakni jangan sekali-kali mempersekutukan Allah. Kemudian yang kedua adalah kewajiban untuk berbuat baik kepada kedua orangtua.

Jadi generasi tangguh yang kita semua harapkan adalah generasi yang kuat imannya, cerdas otaknya, terampil/cekatan fisiknya dan mulia budi pekertinya. Dalam istilah pendidikan modern kita kenal dengan ; intellectual quotients (kecerdasan intelektual), spiritual quotienst (kecerdasan spiritual), emotional quotients (kecerdasan emosional) dan financial quotients (kecerdasan finansial).

Tentu harapan ini tidak bisa simsalabim adakadabra, akan tetapi memerlukan ikhtiar dzahir dan batin dari para orangtua, pendidik dan lingkungan sekitarnya.

اللهم اجعلنا واولادنا وتلاميذنا من اهل العلم واهل الخير ولاتجعلنا واياهم من اهل الشرو الضير

“Ya Allah jadikanlah kami ; putra-putri kami dan murid-murid kami sebagian dari golongan ahli ilmu (pintar) dan ahli kebaikan (benar). Jangan jadikan kami, hindarkanlah kami dari ahli keburukan dan kejahatan”

Semoga Allah SWT senentiasa membimbing kita agar menjadi orang-orangtua yang saleh yang melahirkan generasi yang saleh pula. Karena bagaimanakah bisa dilahirkan generasi yang baik, generasi yang saleh, generasi yang tangguh sebagaimana yang kita harapkan bersama seandainya orangtuanya sendiri tidak bisa dijadikan contoh dan teladan bagi putra-putrinya.

وَٱلۡعَصۡرِ  ١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ  ٢ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ

وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ  ٣

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ

 اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْم  فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

  KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ َ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ،

 سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

 Oleh : Muhammad Nashir Syam

Wakil Sekretaris PCNU Kabupaten Ketapang