Terapi Hati dan Jiwa: Jalan Menuju Keteduhan
Siapakah kita? Pantaskah kita menjatuhkan vonis kepada orang lain layaknya hakim? Sebelum kita menghakimi orang lain, sebaiknya kita introspeksi diri terlebih dahulu: sudah sempurna kah kita? apakah kita merdeka dari kesalahan? Tidakkah kita malu pada diri sendiri, jika kesalahan yang kita lakukan ternyata jauh lebih besar dari orang yang sedang kita hakimi?
Kita tidak seharusnya menghakimi benar atau salahnya sikap yang dilakukan oleh orang lain, karena bisa jadi sikap orang lain yang kita anggap salah ternyata berdamapak positif bagi sekitar. Justru sikap kita yang kita sendiri anggap benar justru berdampak buruk.
Kita seringkali berlaku seolah-olah menjadi orang yang paling benar, tiada tandingannya. Sikap menghakimi orang lain masih seringkali dijumpai dalam masyarakat kita. Menilai negatif orang lain secara subjektif tanpa mengetahui terlebih dahulu latar belakang apa yang membuatnya seperti itu terkadang justru berujung pada sikap berburuk sangka.
Buruk sangka atau su’udzan merupakan sikap tercela. Dalam dunia tasawwuf, berprasangka buruk merupakan salah satu penyakit hati yang harus diperangi. Sifat ini biasanya disebabkan oleh nafsu untuk membenci orang lain. Karena kita seringkali tidak memahami hakikatnya di balik sesuatu. Jangan jadikan asumsi pribadi untuk menghakimi dan menebar kebencian kepada orang lain. Sebagai muslim sejati, sudah seharusnya kita menebarkan kasih sayang, bukan memicu permusuhan apalagi kecurigaan tanpa alasan.
Namun tak kalah penting juga untuk kita semua agar menjaga lisan, apalagi sebagai tokoh agama tentunya lebih menjadi perhatian masyarakat. Lidah adalah penata rasa kehidupan, dimana setiap ucapan bagaikan benih, ada yang menumbuhkan cinta, ada yang melukai hati. Maka pilihlah kata-kata yang manis dan menyejukkan.
Terkadang, ucapan yang muncul dari lisan kita menjadi penyebab orang lain berburuk sangka. Maka dari itu, diksi yang disampaikan harus sesuai dengan kondisi sekitar, jangan sampai yang niat awalnya ingin menyelesaikan masalah justru menambah masalah, sehingga ucapan yang kita lontarkan terindikasi merendahkan orang lain.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al Hujurat: 11).
Tentunya, ucapan yang tidak baik merupakan akhlak yang tercela dan dapat menimbulkan kebencian di tengah-tengah manusia dan merusak hubungan harmonis yang telah tumbuh dan terpelihara di dalamnya.
Semoga kita dapat menjadi pribadi yang baik dalam berperilaku maupun bertutur kata. Dan senantiasa menjauhkan diri kita dari berprasangka buruk dan sikap membenci kepada orang lain. Sebaliknya, semoga Allah suburkan benih cinta kasih dalam hati kita untuk seluruh ciptaan-Nya. Amin